20171031

Cerpen

SEPOTONG SENJA UNTUK SEBUAH KENANGAN


Jingga mulai tampak menggelayuti langit sore. Senja kala itu masih begitu terasa dalam ingatan. Beberapa waktu silam, ketika surya mengendap-endap kembali ke peraduan, kami berdua begitu mesra menikmati lautan yang mulai keemasan. Riak-riak laut yang terus mencumbui pasir pantai seakan turut bersuka melihat kemesraan kami berdua. Ketika ruang terus bersekutu pada waktu, lamat-lamat senja itu menghilang. Satu persatu tiang-tiang lampu yang berdiri tegak di sepanjang hamparan pantai mulai memancarkan sinarnya manyambut datangnya malam.
“Hari sudah petang, ayo kita pulang!” Seru Dimas sambil mengulurkan tangan untuk mebantuku berdiri dari tempat dudukku.
Aku pun menggapai tangannya dan berjalan pulang dengan rasa penuh kecewa.
“Kok cemberut? Nanti cantiknya hilang lo.” Kata Dimas sambil menghiburku.
“Aku gak cemberut kok, hanya sebel aja.” jawabku dengan nada sedikit kesal.
“Jangan marah gitu dong, lain kali aku pasti ajak kamu menikmati sunset di tempat yang lebih indah lagi.” Jawabnya.


“Janji ya.” Kataku sambil mengulurkan jari kelingking.
“Janji.” Mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingkingku.
Yah begitulah sekuntum kenangan yang ditorehkan ketika kami sedang menghabiskan waktu untuk terakhir kalinya dan entah kapan akan terulang kembali. Untuk yang kedua kalinya bulan telah berganti tahun, kenangan di senja itu menjadi pelipur lara hatiku ketika aku kembali mengingatmu.
“Dan aku tak akan pernah lelah untuk menunggu kebahagiaan berasamamu di waktu senja yang pernah kau janjikan.” Bisikku.
Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Hujan yang turun sejak siang tadi masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Dengan ditemani secangkir coklat panas dan selimut hangat, aku duduk di depan balkon kamarku. Berharap hujan akan segera reda dan langit kembali tanpa awan. Aku masih mengingat seperti apa dirimu. Walaupun berjuta-juta detik telah berlalu, tapi semuanya seakan baru. Seperti baru terjadi kemarin sore.
“Aku merindukanmu Dimas. Kapan kamu akan menepati janjimu?” Bisiku bersama rinai hujan yang turun seakan hujan mengerti maksud dan harapanku.
Setelah lama aku duduk di balkon kamarku, tubuh ini pun mulai lelah bersama dengan rasa lelah yang telah mananti janji yang tak pernah ditepati. Akhirnya aku masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuh inidan mulai terlelap bersama dengan kenangan-kenangan yang telah lama usang dimakan waktu.
Matahari pagi sudah menampakkan cahayanya. Tetesan embun sisa hujan semalam membasahi daun dan rumput di taman. Tanpa aku sadari waktu sudah menunjukkan pukul 06.00. Aku bergegas mambasi tubuh ini dan mulai hari baru untuk terus melanjutkan hidupku.
“Hai Sha… Kok lesuh dan gak  semangat gitu sih?” Seru sahabatku Syeina.
“Lagi gak enak badan ni Syein, butuh liburan.”
“Bulan depan kita ambil cuti yuk! Kita jalan-jalan. Gimana?”
“Ehm… Emang kamu mau ngajak aku liburan ke mana?”
“Kita pergi ke Bali. Giamana?”
“Boleh juga ide kamu.”
Syeina sangat mengerti isi hatiku. Dia tahu bahwa ada kehampaan dan ruang-ruang kosong yang telah lama tak terisi oleh sebuah kisah klasik. Hari ini aku merasakan lelah yang tak biasanya. Jarum jam yang terus berdetik serasa meremat-remat tubuh ini. Kulihat jam pada pergelangan tanganku, waktu masih menunjukkan pukul 15.00, satu jam lagi waktuku untuk pulang. Sore ini, rintik hujan kembali berbunyi menyapu semua keheningan dalam ruangan kantorku. Hari ini tidak banyak pekerjaan di kantor, aku sendiri di ruangku. Aku memandang rintik hujan yang jatuh. Air hujan mendarat mulus tanpa hambatan di halaman kantor yang cukup jauh jaraknya dariku.Sore ini begitu sendu membuatku teringat kenangan manis yang membuatku teringat padamu.
“Dimas…Kemana kamu pergi? Tak satupun surat kau kirim untuk sekadar menanyakan kabarku. Ku harap kau masih mengingatku.” Bisiku dengan lembut meneteskan air mata yang tak tertahan di pelipis mata ini.
Waktu yang telah ku sepakati dengan Syeina pun telah tiba. Saatnya aku beranjak pergi dari kebisingan kota menuju bandara Ngurahrai Bali. Aku bersama Syeina menyusun jadawal perjalan tour untuk lima hari kedepan. Tour peratma, kita awali dari  pantai Tanah Lot. Pantai yang menyuguhkan keindahan alam. Pantai Tanah Lot terdapat dua pure, yang satu terletak di atas bongkahan batu besar yang berada sekita 100 meter dari bibir pantai dan satunya lagi berada disebelah utara Pura Tanah Lot dimana pura ini terletak diatas tebing dan menjorok ke laut. Selain pura, ada pula daya tarik lainyang terdapat di tempat ini yaitu sumber mata air tawar, ular suci, dan juga keindahan alam seperti sunset.
Sumber mata air tawar yang disebut Tirta Pabersihan ini merupakan air suci yang dikeramatkan. Dan sudah lama sekali aku tak menikmati keindahan laut tersebut.Sesampainya disana aku dan Syeina berpisah karena Syeina sudah membuat janji dengan kekasihnya.
Aku sendiri, berjalan di sepanjang peisir pantai.Menikmati sepoi angin yang membelai riak wajahku. Deburan ombak yang beriak-riak pelan mulai membasahi sebagian kakiku. Dari kejauhan aku melihat sosok laki-laki yang sangat mirip dengan Dimas. Dia memakai baju putih dan duduk di tepi pantai sambil menikmati hembusan angin laut. Aku mencoba mengahmpirinya, namun kaki ini spontan berhenti untuk melangkah. Aku sangat terkejut ketika ada seorang wanita yang menghampiri laki-laki yang mirip dengan Dimas itu. Detik itu juga hati ini hancur bagai di terpa ombak yang menghancurkan batu karang di lautan. Aku terisak dan mulai melangkahkan kaki untuk berlari menjauh dari bayang tubuhnya. “Shasya…” sekilah ku dengar namaku merdu terdengar dari bayang tubuh lelaki tadi. Aku tak menghiraukannya dan terus berlari menjauh dari bayanganya.
Matahari kembali menyapu setiap sudut kamar hotelku. Memberikan kiasan cahaya yang menyilaukan. Aku langsung membuka kedua mataku, menyadari esok hari telah tiba. Di hari baru ini aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin dan mulai melanjutkan tour panjang liburanku. Kami sepakat untuk mengunjungi objek wisata Pure Uluwatu. Disana kami disuguhkan dengan hamparan samudera Hindia yang luas dari ketinggian batukarang yang menjorok ke lautan. Tak sengaja aku melihat laki-laki mirip Dimas lagi. Tak lama kemudian dia menghampiriku dan memeluk tubuhku. Aku tak bisa berkata-kata, mulut ini terkunci rapat. Aku tak dapat memberontak tubuh ini terasa sangat lemas ketika pelukan hangat itu kurasakan lagi untuk kesekian kalinya.
“Sha… aku sangat merindukanmu.” Bisik kata itu membuatku tersadar dari lamunanku.
“Kenapa kamu tega ninggalin aku tanpa sepatah katapun? Apa yang kamu lakukan ke aku itu jahat tau gak? Aku hampir gila ditinggal olehmu. Kamu tu benar-benar gak punya perasaan.”
“Maafkan aku Sha, memang ini sangat tidak adil buat kamu. Tapi aku bisa menjelaskan semuanya.”
“Apa yang mau dijelasin? Setelah kemarin ternyata yang aku lihat itu benar-benar kamu.”
Suasana pun menjadi hening. Tidak terasa waktu ini terus berjalan tanpa menghiraukan keberadaan kami disini. “Sha…” Kata yang keluar dari mulut Dimas memecahkan keheningan diantara kita. Kata demi kata pun terucap, Dimas mencoba untuk menjelaskan semuanya.
“Sha… aku punya alasan yang cukup kuat kenapa aku meninggalkanmu begitu saja dan tak pernah memberimu kabar. Ekonomi dan kehidupanku tak sepadan denganmu. Aku takut Sha.. aku takut tak bisa membahagiakanmu.”
“Itu khan menurut pemikiranmu. Dan kamu memutuskan secara sepihak. Ini sangat tak adil buat aku? Lalu siapa perempuan itu? Tunanganmu? Istrimu?”
“Dia sepupuku Sha. Waktu itu aku di PHK oleh kantor karena kantor megalami penurunan yang sangat derastis bahkan bisa dibilang hampir bangkrut. Aku masuk di daftar dari orang-orang yang terkena PHK dan detik itu juga aku mulai ragu untuk melanjutkan hubungan ini karena aku seorang pengangguran Sha. Dan saat itu juga aku memutuskan untuk kembali ke keluargaku di Bali.” Jawabnya dengan nada lesuh.
“Tapi kenapa Dim? Kenapa kamu gak pernah mau cerita tentang hal itu.”
Sejak pertemuan itu aku sudah memaafka Dimas dan kami pun memulai dengan lembaran baru. Saat hari terakhir aku di Bali, Dimas mengajakku kesebuah pantai yang cukup jauh letaknya. Tempat itu begitu indah dengan balutan senja yang menutupi sebagian langit Pulau Bali. Gulungan ombak dan tiupan angin serta lantunan musik klasik menghantarkanku pada kenangan di masa lalu di saat terakhir kali kita bertemu. “Waktulah yang mempertemukan kita berdua di sini bersamamu.” Bisikku dalam hati sambil menikmati sunset di pulau Bali.
“WILL YOU MARRY ME?” kata-kata itu tertera di sebuah kartu ucapan yang tertempel dengan seikat bunga mawar. Aku terkejut ketika melihat tulisan itu. Sungguh tak kusangka akhirnya kata yang selama ini kunanti menjadi sebuah kenyataan. Aku sangat bahagia dan tak dapat berkata-kata. Dimas kemudian memakiakan cincin di jari kelingkingku. Dia kemudian memeluk dan mencium keningku. Kami menghabiskan malam itu dengan penuh cinta. Dan pada akhirnya cintaku menemukan jalannya untuk berjalan menuju keabadian dan keindahan.



2 komentar:

  1. http://chitchatterus.blogspot.com/2017/10/izin-usaha-alexis-tak-semuanya-dicabut.html



    http://chitchatterus.blogspot.com/2017/10/izin-usaha-alexis-tak-semuanya-dicabut.html



    http://chitchatterus.blogspot.com/2017/10/pria-jepang-ini-simpan-potongan-tubuh-9.html

    BalasHapus
  2. Yuk Buruan Gabung Bersama Kami Situs Mewah Dengan Banyak Bonus Melimpah .
    Percayakan permainan Kartu Anda Bersama Kami .
    Proses Deposit Dan Wihtdraw Cepat .

    AGEN BANDARQ
    BANDARQ
    DOMINO 99
    SAKONG
    BANDAR SAKONG
    Percayakan Permainan Kartu Online anda Bersama Kami
    Contact Us :

    BBM : D872D7D9
    WECHAT : PELANGI99COM
    WA : +855 166 75 661
    LINE : PELANGI99,COM

    SILAHKAN BOSS ^^
    Loginsite :
    Pelangiasik,com
    Indopelangi99,com
    Pelangi99,net

    BalasHapus

 

Honey Bunny Template by Ipietoon Cute Blog Design