20171031

Cerpen

Menggayuh Asa


Satu bulan sudah aku lulus sekolah dan selama itu aku membantu ibu berjualan di pasar. Setiap hari yang kulihat hanya sayur mayur dan segala macam bumbu dapur. Aku bosan dengan suasana yang terus seperti ini. Aku ingin melanjutkan kuliah dan menggapai cita-citaku menjadi seorang guru. Saat semua anggota keluarga sedang berkumpul, aku memberanikan diri untuk mngutarakan apa yang aku inginkan.
“Pak, bu, aku ingin melanjutkan kuliah” kataku dengan ragu.
“Mau kuliah dimana nduk? Kamu sudah yakin?” tanya ibuku.
“Aku mau kuliah di Jakarta bu, ambil keguruan. Aku sudah lama ingin menjadi guru” jawabku.
“Kalau kamu memang sudah yakin bapak akan mencarikan uang untuk kamu kuliah. Tapi biaya hidup di Jakarta mahal nduk. Bapak tidak sanggup kalau membiayai kamu sampai lulus. Kedua adikmu juga masih sekolah” sahut bapak.


“Bapak tenang saja, nanti Tini bisa sambil bekerja. Tini juga sudah bilang sama mbak Yuni kalau jadi kuliah di Jakarta Tini dibolehkan tinggal dirumahnya” jawabku.
Semua keluarga mengizinkan dan aku juga sudah mendapatkan pengumuman kalau aku diterima di perguruan tinggi di Jakarta. Setelah berpamitan kepada semua keluarga, dengan berat hati aku melangkahkan kaki meninggalkan rumah dan pergi menggapai cita-citaku.
Kuliah untuk yang pertama kali aku merasa malu dan sepi karena aku tidak mempunyai seorang teman pun disana. Saat jam istirahat aku sedang duduk di kantin dan tiba-tiba ada yang mendatangiku dan mengajak berkenalan. Dita namanya. Ternyata dia teman sekelasku. Dialah satu-satunya teman yang aku miliki saat ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Aku bergegas meninggalkan kampus dan langsung menuju tempat kerjaku. Sebelum mulai kuliah, aku sudah bekerja selama satu minggu di kantor yang sama dengan mbak Yuni. Aku sangat berterimakasih kepada mbak Yun karena sudah banyak membantu selama aku di Jakarta. Tanpa mbak Yun mungkin sampai sekarang aku belum mempunyai pekerjaan.
Selama empat semester aku jalani dengan lancar. Aku tidak pernah bolos kuliah dan aku masih tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Sebagian uang juga aku kirim untuk keluargaku di desa. Walaupun jumlahnya tidak banyak tapi aku harap dapat sedikit mengurangi beban orangtuaku. Terkadang aku merasa sangat rindu kepada keluarga di desa. Aku rindu dengan suasana kebersamaan bersama ibu, bapak, dan kedua adikku. Setelah sholat tidak  lupa selalu kuselipkan doa untuk mereka.
Hari ini kuliahku libur, tapi aku masih harus tetap pergi bekerja. Karena libur aku pergi ke kantor lebih awal dan ingin menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat. Setelah jam makan siang berlalu aku sudah ada di meja kerjaku. Tiba-tiba teman kerjaku datang.
“Tin, pekerjaanmu masih banyak nggak?” tanya mbak Dina.
“Tidak mbak, sudah hampir selesai kok. Ada apa ya?” tanyaku.
“Gini Tin, aku ada keperluan mendadak diluar. Kamu bisa nggak ngerjain pekerjaanku? Soalnya harus dikumpulkan hari ini dan aku ada urusan lain yang juga penting.” pinta mbak Dina.
“Aduh, gimana ya mbak. Aku takut nanti salah ngerjainnya mbak.”
“Aku yakin kamu bisa ngerjainnya Tin. Aku percaya sama kamu. Ini data yang harus kamu buat. Nanti hasil upahnya aku bagi dua” kata mbak Dina meyakinkan.
Hari demi hari berlalu, ada beberapa teman yang meminta pekerjaanya aku kerjakan. Bukan karena mereka malas mengerjakannya, tapi mungkin mereka ada urusan lain yang mendadak. Aku mengerjakan pekerjaan mereka tanpa merasa terbebani. Karena aku senang bisa membantu orang lain. Walaupun aku tidak meminta upah, tapi mereka memaksaku untuk menerimanya. Rezeki memang tidak terduga datangnya dari mana.
Seminggu sudah aku lembur di kantor. Selain pekerjaanku sendiri yang menumpuk, pekerjaan teman-temanku juga lumayan banyak. Aku juga sudah memasuki semester akhir. Sudah waktunya aku memikirkan membuat skripsi. Satu per satu pekerjaan aku selesaikan. Tidak kusangka pekerjaan sebanyak ini dapat selesai tepat waktu.
Hari berikutnya seperti biasa setelah pulang kuliah aku langsung bekerja. Saat hendak memberikan soft file pekerjaan tiba-tiba tubuhku lemas dan wajahku pucat. Tapi aku memaksakan diri untuk beranjak dari tempat duduk. Saat berjalan beberapa langkah, perlahan-lahan penglihatanku menjadi buram dan, brukkk…
Aku mencium bau yang tidak biasanya, seperti bau obat-obatan. Saat membuka mata, yang aku lihat sebuah ruangan serba putih. Aku dilarikan ke rumah sakit karena teman-temanku panik melihatku pingsan. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa aku hanya terlalu kecapekan. Kabar bahwa aku berada di rumah sakit sudah sampai ditelinga orangtuaku. Mereka sangat panik. Tapi aku meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja dan mereka tidak perlu datang kemari.
Seminggu menginap di rumah sakit, aku sudah diperbolehkan pulang. Karena tubuhkau masih terasa lemas, aku libur kuliah dan libur kerja. Temanku Dita selalu berada disampingku untuk menyemangatiku.  Dia memang benar-benar sahabat yang sangat baik.
Setelah sehari beristirahat di rumah, hari berikutnya aku sudah mulai aktif lagi untuk kuliah dan bekerja. Skripsiku sudah diterima. Sekarang fokus untuk pendadaran. Aku mengurangi pekerjaanku karena tidak ingin aku jatuh sakit lagi. Cukup kemarin yang pertama dan terakhir kalinya aku sakit.
Semua berjalan sesuai dengan yang aku impikan. Gelar sarjana pendidikan dibelakang namaku sudah berada didepan mata. Tak kusangka aku dapat mewujudkan cita-cita lamaku. Tidak sabar aku memberikan kabar gembira ini kepada orangtuaku. Kerja kerasku selama ini tidak sia-sia. Sekarang aku dapat menuai hasil jerih payahku.

Hari yang kutunggu tiba. Hari ini aku diwisuda. Kedua orangtuaku datang dengan wajah bahagia mereka. Aku dapat merasakan aura kebahagiaan itu. Aku merasa berhasil membuat orangtuaku bangga. Namun itu belum cukup. Setelah lulus aku harus mencari pekerjaan baru lagi yang sesuai dengan keahlianku. Namun untuk saat ini aku menikmati gelar baruku. Namaku sekarang menjadi Sukartini, S.Pd.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

 

Honey Bunny Template by Ipietoon Cute Blog Design