CINTA DI UJUNG JALAN
Karya Dewi
Retnosari
Tokoh :
1. Shinta
2.
Yunita
3.
Dio
4.
Bella
5.
Riko
Shinta
yang sedang tiduran sambil membaca sebuah novel di kamarnya, tiba – tiba ia
dikagetkan dengan suara pintu yang membuka. Tak lama kemudian Yunita masuk mengejutkan
Shinta.
Shinta : “Sialan kamu, bikin kaget aja.”
Yunita : “Maaf… maaf, oh ya Shint aku kesini mau kasih
kabar baik buat kamu.”
Shinta : “Apaan Nit?”
Yunita : “Ada lowongan pekerjaan, jadi waithers. Mau?”
Shinta : “Mau Nit, dimana?”
Yunita : “Di kafe Bruns.”
Shinta : “Oke deh, makasih Nita sayang. Besok aku
akan coba melamar.”
Keesokan
harinya Shinta pun melamar di kafe tersebut dan dia langsung mulai untuk
bekerja, setelah siang hari waktu bekerja Shinta pun selesai dan dia pergi
kuliah.
Yunita : “Gimana Nit? Enak kan kerjanya.”
Shinta : “Ya lumayanlah Nit. Orangnya baik – baik.”
Yunita : “Ya syukurlah. Oh ya Shint tadi Dio nyariin kamu.”
Shinta : “Dio nyariin aku? Gak salah?”
Yunita : “Iya Shint, ntar sore dia mau mengajakmu jalan, eh itu dia
orangnya.”
Beberapa saat kemudian Dio datang
menghampiri Shinta.
Dio :
“Shint ntar sore kamu ada waktu?”
Shinta : “Ehm ada Io, gimana?”
Dio :
“Temani aku makan, pokonya kali ini kamu harus bisa.” (meninggalkan
Shinta)
Shinta : “Tapi Io…”
Dio :
“Gak ada tapi – tapian.” (pergi meninggalkan Shinta)
Yunita : “Udah sana pergi aja, lagian kan kamu juga free.”
Shinta : “Gak gitu, aku malu tahu. Kamu temani aku ya.”
Yunita : “Gila kamu ya. Ogahlah ntar aku jadi obat nyamuk lagi.”
Shinta : “Ayolah Nit, kamu teman aku kan.”
Yunita : “Ogah… hahaha.” (tertawa meledek)
Merekapun masuk kelas dan Bella yang
saat itu sedang duduk menanyai Yunita.
Bella : “Kenapa kamu Nit, kok katawa ketiwi gitu.”
Yunita : “Ya itu Shinta aneh banget, masak dia minta ditemenin makan sama
Dio.”
Bella : “Dio? Dio siapa?” (terkejut)
Yunita : “Itu low Dio kakak tingkat kita.”
Bella : “Ah yang bener kamu.”
Shinta : “Bell kamu mau gak nemeni aku?”
Bella : “Maaf gak bisa, aku ntar sore ada acara.” (nada sinis)
Saat itu Bella mulai berubah ketika tahu bahwa Shinta sedang dekat
dengan Dio. Malam itu Shinta dikagetkan dengan kedatangan Dio di tempat
kerjanya.
Shinta : “Dio… sejak kapan kamu
disini?”
Dio : “Sejak tadi, nungguin
kamu pulang. Yuk pulang.” (menggandeng tangan
Shinta)
Disaat perjalanan pulang, Dio pun mengajak Shinta
untuk duduk sebentar di taman. Dio langsung memegang tangan Shinta.
Shinta : “Kamu ini kenapa?.”
Dio : “Shint… aku suka kamu.”
Shinta : “Apaan sih kamu Io?.”
Dio : “Shint aku serius. Apa
salah kalau aku suka sama kamu!”
Shinta : “Tapi Dio, ini terlalu
capat.”
Dio : “Emang kenapa Shint?
Kamu gak mau beri aku kesempatan?”
Shinta : “Aku butuh waktu…”
Kemudian mereka pun pulang, dan keesokan harinya saat di kampus Shinta
bercerita pada Yunita dan Bella.
Shint : “Nit, Bell. Tadi malam
Dio jemput aku.”
Yunita : “Wah bagus dong, berarti
dia benar – benar serius.”
Bella : “Serius apa maksud kamu
Nit?” (penasaran)
Shinta : “Tahu gak? Tadi malam Dio
bilang kalau dia suka sama aku.” (tersenyum)
Bella : “Apa?” (terkejut) “Ini
gak boleh dibiarin.” (bicara dalam hati)
Yunita : “Tuh kan benar apa kataku,
dia itu suka sama kamu. Kelihatan dari lagaknya.
Hehehe…” (tertawa ngeledek) “Terus kamu
jawab apa?”
Shinta : “Butuh waktu. Hehehe…”
Tak lama kemudian akhirnya Shinta dan Dio pun menjalin
kasih. Tanpa Shinta ketahui Yunita bersama teman dekatnya datang untuk makan di
tempat Shinta bekerja.
Shinta : (sambil
menghantarkan minuman) “Ehemm… Ehemm…”
Yunita : “Apaan
sih Shint, kenalin ini Riko, Riko ini Shinta.”
Shinta : “Owh jadi ini... Hahaha…
(tertawa meledek)
Yunita : “Ini apaan? Udah sana kamu
kerja aja.”
Riko : “Itu temen yang sering
kamu certain ke aku kan? Siapa tadi Si… Si…”
Yunita :
“Shinta…”
Saat jam pulang kerja Shinta berakhir, Riko datang
menemui Shinta, dia datang untuk meminta bantuan Shinta.
Riko : “Hai
Shint… Ada waktu sebentar?”
Shinta : “Iya,
gimana Ko?”
Riko : “Besok
bisa temani aku mencari sebuah kado untuk Yunita? Sebentar lagi
kan dia ulang
tahunya, aku ingin memberi kejutan padanya.”
Shinta : “Oke
dah...”
Keesokan paginya Shinta menemani Riko pergi mencari
sebuah kado. Tanpa Shinta ketahui ternyata Bella melihat Shinta dan Riko sedang
jalan berdua, ia pun langsung memberi tahu Dio.
Bella : “Dio tadi siang aku
lihat Shinta lagi jalan sama cowok.”
Dio :
“Ah yang bener kamu?”
Bella : “Beneran dia beli cincin.”
Dio :
“Mungkin dia lagi menemani saudaranya.”
Bella : “Gak mungkin, mereka mesra banget kok.” (berbohong)
Dio :
“Ah gak percaya aku. Aku tau banget Shinta itu seperti apa.”
Bella : “Ya udah kalau kamu gak percaya, jangan
neyesel kamu ya!”
Beberapa hari kemudian Yunita mengajak Bella makan,
dan Yunita mengenalkan Riko pada Bella, ia langsung terkejut setelah melihat
wajah Riko.
Riko :
“Haii… dah lama nunggu?”
Yunita : “Enggak kok, kenalin ini Bella teman aku.”
Riko :
“Riko…” (mengulurkan tangan)
Bella : “Bukannya kamu yang waktu itu sama Shinta?”
Yunita : “Maksud kamu apa Bell? Sama Shinta gimana?”
Bella : “Iya waktu itu aku lihat dia sama Shinta lagi jalan.”
Yunita : “Ah… kamu mungkin salah lihat Bella.”
Bella : “Beneran Nit, aku gak bohong.”
Yunita : “Bener Ko apa yang dibilang Bella?”
Riko :
“Enggak sayang, dia pasti salah orang. Gak mungkin kan aku jalan sama
Shinta, sementara dia aja kerja.”
Bella : “Tapi aku gak mungkin salah lihat.”
(dengan wajah terheran)
Siang
itu Bella tak sengaja melihat Shinta diantar Riko berangkat bekerja. Kemudian
diam – diam Bella memfoto mereka berdua. Lalu foto tersebut ia perlihatkan pada
Dio.
Bella : “Ni lihat.” (menunjukkan foto – foto Shinta dan Riko)
Dio :
“Apa ini ?”
Bella : “Ya itu… foto pujaan hatimu! Benar kan apa kataku.”
Dio :
“Ini gak mungkin.”
Bella : “Kurang jelas apa gambarnya? Apa perlu aku perbesar dulu.”
Dio : “Keterlaluan Shinta.” (berkata dalam
hati sambil meremas foto tersebut)
Malam itu juga Dio langsung datang ke tempat Shinta
bekerja dan menunjukkan semua foto – foto itu ke Shinta.
Dio :
(datang dan melempar foto itu di depan Shinta)
Shinta : “Apa ini Io? (wajah panik)
Dio :
“Alah gak usah pura – pura kamu. Dasar munafik!”
Shinta : “Maksud kamu apa Io? Aku bisa jelasin ini semua.”
Dio : “Gak perlu..” (pergi meninggalkan
Shinta)
Semenjak
itu Dio tak pernah menemui dan menghubungi Shinta lagi. Beberapa hari kemudian
Yunita mengajak Shinta untuk bertemu di sebuah kafe.
Yunita : (memberi
sebuah amplop).
Shinta : “Apa ini Nit?”
Yunita : “Buka aja.”
Shinta : (membuka isi amplop) “Nit, jangan salah paham dulu, aku bisa jelasin
semuanya.”
Yunita : “Jelasin apa lagi ? Semua sudah jelas, aku kecewa sama kamu!”
Shinta : “Nit aku mohon dengerin aku dulu.”
Yunita : “Kenapa sih
kamu tega banget lakuin ini sama aku. Apa
salah aku?”
Shinta : “Aku mohon dengerin
penjelasanku dulu Nit.”
Yunita : “Gak perlu Shint.”(pergi meninggalkan Shinta)
Sejak kejadian
di Kafe, Shinta menjadi merasa bersalah pada Yunita, usaha apapun sudah ia
lakukan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, namun Yunita tetap tidak
mau mendengarkannya.
Shinta : “Duh, gimana ini Yunita jadi menjauhiku.”
Tiba-tiba Yunita berjalan melewati
Shinta dengan membuang muka.
Shinta : (Berlari menghampiri
Yunita) “Nit.. Nita, aku ingin bicara sebentar
sama kamu”
Yunita : “Mau bicara apa lagi sih?” (nada sinis)
Shinta : “Aku mau jelasin tentang foto itu, sebentar aja”
Yunita : “Maaf Shint aku sibuk”
(Pergi meninggalkan Shinta)
Beberapa
hari kemudian kabar tak menyenangkanpun terdengar sampai ketelinga Shinta,
bahwa Bella dan Dio akan bertunangan. Shinta langsung menanyakan kabar tersebut
pada Bella.
Shinta : “Apa benar yang aku dengar, kamu akan bertunangan.”
Bella : “Nit… bukan maksud aku untuk merebut Dio.”
Shinta : “Tapi kenapa kamu gak coba bantu aku untuk jelasin semua kesalah
pahaman ini?”
Bella : “Udah Shint, aku dah coba jelasin kedia. Tapi dia tetap gak mau
dengar.”
(berbohong)
Riko
datang ke rumah Yunita untuk memperjelas semua masalah ini. Tak lama kemudian
Yunita membukakan pintu rumahnya.
Yunita : “Ngapain kamu kesini?”
Riko :
“Nit… aku bener – bener minta maaf sama kamu, aku gak pernah ada
maskud buat hianatin kamu Nit.”
Yunita : “Udahlah Riko. Gak usah ganggu aku lagi.”
Riko :
“Tapi Nit, apa kamu gak mau dengar penjelasan aku dulu?”
Yunita : “Semua sudah jelas Ko, buat apa kamu jelasin lagi. Lagian aku juga
sudah
lupain semua itu.”
Riko :
“Nit aku minta waktu kamu lima menit aja.”
Yunita : “Ya udah, cepetan kamu mau ngomong apa?”
Riko :
“Nit aku mau tanya, sebenarnya kamu dapat foto itu dari siapa?”
Yunita : “Apa perlu kamu tahu!”
Riko :
“Biar semuanya jelas Nit.”
Yunita : “Bella, dia yang beri aku tahu semua tentang hubungan kamu sama
Shinta.”
Riko :
“Aku gak pernah ada hubungan apa – apa Nita, kita hanya berteman.”
“Oh… jadi
semua ini ulah Bella.” (bicara dalam hati)
Yunita : “Sudah cukup kan!” (menutup pintu rumahnya)
Beberapa
hari kemudian Riko mempertemuka kedua sahabat tersebut tanpa sepengetahuan
mereka berdua.
Shinta : “Maksut kamu apa ini Ko? Kenapa kamu
pertemuin aku sama dia?”
Shinta : “Kok kamu gitu Nit? Kamu masih marah ya sama aku?”
Riko :
“Sekarang kita perjelas semuanya.”
Yunita : “Kan aku dah bilang, gak perlu ada yang dijelasin lagi, semua udah
cukup
jelas.”
Riko :
“Tolong Nit, buat kali ini dengerin aku dulu.”
Yunita : “Ya udah apa yang mau kalian jelasin ke aku?”
Riko :
“Sekarang semua sudah jelas, siapa yang membuat kita jadi seperti ini,
ini pasti
ulah si Bella.”
Yunita : “Bella? Yang benar aja kamu?”
Riko :
“Semenjak kamu beri tahu aku bahwa yang kasih foto itu adalah Bella aku
langsung
curiga sama dia.”
Shinta : “Bener Nit, percaya deh sama kita. Aku gak mungkin setega ini
sama kamu.”
Yunita : “Alah udah deh, ini pasti cuma akal-akalan
kalian aja kan.”
Riko : “Sekarang pikir aja, kenapa Bella dalam
waktu dekat ini dia bakalan
tunangan sama Dio. Padahal kan Bella juga
tahu kalau Shinta itu pacarnya
Dio.”
Yunita terdiam dan mencoba untuk menenangkan
pikirannya.
Yunita : “Iya benar apa katamu. Maafin aku ya Shint.”
(memegang tangan Shinta)
Shinta : “Iya gak papa, kamu gak salah kok Nit.”
Riko : (memberi sebuah kado pada Yunita)
Yunita : “Apa ini Ko?”
Riko : “Buka aja.”
Yunita : (membuka kado) “Cincin?” (Tersenyum bahagia)
Riko : “Ini hadiah ulang tahun buat kamu Nit.”
Shinta : “Jadi waktu aku pergi sama Riko, dia
berencana untuk membelikan kamu
sebuah cincin sebagai tanda keseriusannya
sama kamu.”
Yunita : “Maafin aku ya Shit, aku udah jahat sama
kamu. Riko, makasih banyak
buat semua
ini.”
Beberapa hari kemudian Riko berencana
untuk bertemu dengn Bella di taman. Dia pun lamgsung menghubungi Bella.
Bella : “Maaf ya nunggu lama.” (sambil duduk
disamping Riko)
Riko : “Ya gak papa. Kabar – kabar kamu mau
tunangan dengan Dio?”
Bella : “Iya, lusa aku akan bertunangan. Datang ya
ke acara tunanganku.”
Riko : “Bell aku gak nyangka ya sama kamu. Setega
ini kelakuanmu!”
Bella : “Maksud kamu apa?”
Riko : “Kamu kan yang kasih foto – foto itu ke
Nita dan Dio.”
Bella : “Kalau iya kenapa? Mau marah sama aku?”
Riko :
“Dasar wanita gak tau diri.” (pergi meninggalkan Bella)
Tak
lama kemudian Riko menceritakan semua kejelekan Bella, dan Dio memutuskan
untuk
membatalkan pertunangannya. Dua hari kemudian Dio bertemu dengn Bella.
Dio : “Apa benar semua yang dikatakan Riko?”
Bella : “Riko siapa?”
Dio : “Aku udah tahu semuanya. Aku akan batalkan
pertunangan kita.”
Bella : “Dio… tolong kamu jangan gegabah untuk
batalin pertunangan kita, aku bisa
jelasin semua ini.”
Dio : “Semua sudah cukup jelas Bell, aku sudah
tahu semuanya dari Riko.”
Bella : “Oke… memang ini semua ulah aku. Aku gak
rela kamu sama Shinta. Aku
sayang kamu Dio!”
Dio : “Semuanya sudah terlambat, aku kecewa
sama kamu, untuk apa aku bertahan
sama orang sepertimu!”
Bella : “Aku minta maaf Dio, aku sayang sama kamu,
tolong ngertiin aku.”
(menggegam tangan Dio)
Dio : “Maaf Bell.” (melepaskan genggaman
Bella)
Setelah
Dio mengetahui semuanya, dia mencoba untuk menemui Shinta dan ingin meminta
maaf. Saat itu Shinta sedang bekerja dan Dio menemuinya sepulang Shinta kerja.
Shinta : “Ada apa Io? Kok tumben kamu kesini?”
Dio : “Shint aku mau minta maaf sama kamu.”
Shinta : “Sudahlah Io, aku udah maafin kamu jauh
sebelum kamu minta maaf hari
ini.”
Dio : “Aku benar – benar menyesal Shint, aku
lebih percaya orang lain.”
Shinta : “Semua itu sudah berlalu, yang kamu anggap
orang lain sekarang dia
menjadi tunangannmu.”
Dio : “Aku sudah memutuskan untuk membatalkan
pertunangan ini.”
Shinta : “Loh kenapa?”
Dio : “Aku muak dengan sikap dia yang sok baik
didepan aku.”
Shinta : “Kamu jangan gitu Io, kasihan Bella.”
Dio : “Apa Shint? Kamu masih merasa kasihan dengan orang
sepertinya.”
Shinta : “Dio kamu jangan gitu, temuilah dia dan
bicara baik – baik.”
Dio : “Aku gak bisa, ini semua sangat
menyakitkan bagiku.”
Beberapa
hari Bella mencoba untuk menghubungi Dio tetapi Dio sangat sulit untuk ditemui.
Tak sengaja Bella melihat Dio yang sedang duduk di kafe, Bella menghampirinya.
Bella : “Dio…! kamu kemana aja? Aku coba telfon
kamu tapi kamu gak respon.”
Dio : “Ada apa lagi sih Bell, udah jelas kan
kita udah gak ada apa – apa.”
Bella : “Kamu gak boleh seenaknya gitu dong,
gimana sama orang tua aku? Mau
taruh dimana muka aku?
Dio : “Bukan urusan aku, kalau kamau mau
kawin, kawin aja sana sama orang
lain.” (pergi meninggalkan Bella)
Bella : “Dio….” (berteriak memanggil nama Dio)
Satu
minggu kemudian Dio mencoba untuk menemui Shinta. Shinta yang saat itu akan
menutup tokonya, dikagetkan dengan suara Dio.
Dio : “Eehhem…”
Shinta : “Ada apa Io?”
Dio : “Aku ingin bicara sama kamu, bisa kita
ke tama sebentar?”
Dio : “Shint sebagai permintaan maaf aku, ini
buat kamu.” (memberikan
sebuah kado)
Shinta : “Apa ini?”
Dio : “Buka aja Shint.”
Shinta : (membuka kado yang berisi kalung) “Maksud
kamu apa ini Io?”
Dio : “Dulu sebelum kita berpisah, aku ingin
memberikan itu sebagai tanda hari
jadi kita. Dan pada waktu itu
juga sebenarnya aku ingin melamarmu.”
Shinta : “Maaf Io aku gak bisa menerima ini.”
Dio : “Enggak Shinta, kamu harus menerimanya.
Kamu pantas memakainya. Aku
pakaikan ya.” (berdiri dan akan memakaikan
kalungnya)
Shinta : “Maaf Dio.”
Dio : “Maaf untuk apa Shint?”
Shinta : “ Aku sadah bertunangan. ( menunjukkan
cincin tunangannya)
“Lusa aku akan menikah.”
Dio : “Gak mungkin. Kamu pasti bercanda kan.”
Shinta : “Maafkan aku Dio, kamu terlalu cepat untuk
mempercayai orang lain. Tanpa
kamu tahu cari tahu dulu yang sebenarnya,
sekarang semuanya sudah
terlambat.”
Dio : “Jadi kamu sudah bertunangan?”
Shinta : “Maafkan aku Dio.” (pergi meninggalkan Dio)
Sejak saat itu Dio
merasa terpukul dengan pernyataan Shinta, dan ia memutusakan untuk pergi
menjauh dengan penuh rasa penyesalan. Akhirnya persahabatan antara Shinta dan
Yunita pun kembali membaik.
Bella menanggung rasa malu karena
pertunangannya yang batal. Bella juga harus menerima kenyataan bahwa dia
dicampakan oleh Dio serta dijauihi oleh Shinta dan Yunita.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar