20171027

Teks Drama "Hati yang Tenggelam"

HATI YANG TENGGELAM
Karya Ika Nursella


Tokoh :
1.      Lina
2.      Ibu
3.      Bapak
4.      Bu Neni
5.      Pak Roni
6.      Polisi
7.      Pak Ahmad
8.      Dokter
9.      Ria
10.  Tante Emi

Tempat :
1.      Rumah Lina
2.      Karaoke
3.      Rumah Bu Neni
4.      Rumah sakit

Ketika Lina berumur empat tahun. Di ruang tamu duduklah Lina yang sedang bermain dengan bonekanya. Datanglah Ibu dengan membawa sepiring makan.

Ibu                   : “Lina sayang sini makan nak” (membawa makanannya).
Lina                 : “Lina tidak lapar bu” (tetap bermain dengan bonekanya).
Ibu                   : “Lina tidak kasian kalau nasinya nangis?”
Lina                 : (Menatap ibunya dengan senyum manisnya) “Lina tidak mau bu
  kalau nasinyanangis gara-gara Lina.”
Ibu                   : (Tersenyum) “Yasudah sini ibu suapin” (menyuapkan kepada Lina).
Lina                 : (Menyantapnya dengan lahap).

Masa kecil Lina memang sangat membahagiakan. Delapan tahun kemudian ketika Lina sudah beranjak remaja, duduklah Pak Agus di ruang tamu dan datanglah Pak Roni.

            Pak Roni         : (Mengetuk pintu) “Assalamualaikum.”
Bapak              : “Walaikumsalam, silahkan masuk pak.”
Pak Roni         : “Saya mau beli nomor pak, ini nomornya.”
Bapak              : “Oh iya pak saya catat dulu ya” (mencatat nomor dan nama Pak
  Roni).
Pak Roni         : “Ini pak uangnya, terima kasih.”
Bapak              : “Iya Pak Roni terima kasih juga, semoga nomor bapak beruntung.”
Pak Roni         : “Haha iya pak harus beruntung.”


Malam hari ketika rumah Pak Agus dipenuhi dengan orang-orang yang ingin membeli togel. Datanglah segerombol polisi mengacaukan suasana malam itu.

            Polisi               : “Selamat malam, apa benar ini rumah Pak Agus?”
Bapak              : (Kaget dan berbicara dengan gagap) “I..ya pak, a..da a..pa ya?”
Polisi               : “Maaf bapak sekarang harus ikut kami ke kantor polisi.”
Ibu                   : (Kaget dan menangis) “Ada apa pak?”
Polisi               : “Maaf bu, suami Ibu harus kami tahan” (membawa Pak Agus pergi).
Ibu                   : “Pak saya mohon jangan pak” (menangis dan menarik salah satu
  tangan polisi).
Lina                 : “Bapaaakk...jangan pergi pak” (menangis).
Bapak              : (Hanya terdiam dan pasrah, kemudian pergi meninggalkan Ibu dan
  Lina).

Ibu menjadi pekerja keras dan waktunya pun banyak dihabiskan untuk bekerja. Suatu malam ketika ibu pulang kerja, ibu duduk di ruang tamu dan datanglah Lina.
            Lina                 : “Bu…ibu pasti sudah gajian kan, Lina minta uang bu.”
            Ibu                   : “Buat apa Lin?”
Lina                 : “Sekali-sekali bu Lina dikasih uang lebih, supaya Lina bisa belanja-
  belanja” (dengan nada kesal).
Ibu                   : “Belanja buat apa Lin? uang ibu hanya cukup untuk bayar sekolah
  dan makan sehari-hari kita.”
Lina                 : “Ibu bohong, pasti ada uang yang disembunyikan” (dengan nada
  marah).
            Ibu                   : “Gak ada sayang, kamu kenapa akhir-akhir ini marah-marah sama
  ibu?” (menangis).     
            Lina                 : “Bu, Lina malu bu sama teman-teman Lina. Mereka selalu ngehina
  Lina kalau Lina itu miskin.”
            Ibu                   : “Sayang kamu jangan dengarkan omongan teman-teman kamu.”
Lina                 : “Ibu pikir semudah itu bu, ibu gak ngerti remaja zaman sekarang.
  Lina benci sama ibu” (menangis dan meninggalkan ibu).
Ibu                   : “Lin…Lina dengerin ibu dulu.”

Melihat sikap Lina akhir-akhir ini kondisi kesehatan bapak semakin tidak baik, bapak sering melamun dan memikirkan Lina, bahkan penyakit bapak sering kambuh. Duduklah bapak di teras rumah dan datanglah ibu.
           
            Ibu                   : “Pak…bapak” (memanggil dari dalam rumah).
            Bapak              : (Tidak mendengar dan masih melamun).
            Ibu                   : “Pak…mau minum kopi atau teh panas pak?” (dengan suara keras).
            Bapak              : (Tiba-tiba penyakit epilepsi bapak kambuh dan kejang-kejang).
            Ibu                   : “Bapak kemana ya?” (mencari-cari bapak di dalam rumah).
            Bapak              : (Kejang-kejang).
            Ibu                   : “Ya Allah bapak…pak sadar. Tolong-tolong” (berteriak dengan
  keras).

Beberapa menit kemudian denyut jantung bapak sudah berhenti. Isi ruangan yang dipenuhi orang-orang itu pun kaget dan tidak percaya, tidak terkecuali ibu dan Lina.

            Ibu                   : “Innalilahi wainnalilahi rojiun” (menangis tersedu-sedu).
            Lina                 : “Bapak…bangun pak” (menangis dan memegang tangan bapak).
            Pak Ahmad     : “Bu Rita, Lina yang sabar ya. Semoga Pak Agus diterima disisi
  Allah.”
            Ibu                   : “Amin, terima kasih pak” (tetap menangis).
            Lina                 : “Bapak…jangan tinggalin Lina” (menangis)
            Pak Ahmad     : “Ibu yang sabar dan tabah ya bu.”
            Ibu                   : “Iya pak doakan saja pak” (masih tetap menangis).

Setelah Bapak meninggal dunia. Sikap Lina semakin semena-mena terhadap ibunya. Ketika Ibu pulang ke rumah dan duduk di ruang tamu, datanglah Lina menghampirinya.

            Lina                 : “Ibu sudah pulang ya?” (duduk disamping ibunya).
Ibu                   : “Iya Lin” (suaranya pelan terlihat ibu sangat lelah).
Lina                 : “Lina minta uangnya bu. Besuk teman Lina ada yang ulang tahun.”
            Ibu                   : “Ibu belum gajian nak.”
            Lina                 : “Tetapi ibu pasti ada simpanan kan? Lina malu bu kalau besuk
  tidak membawa kado.”
Ibu                   : “Tetapi untuk makan sehari-hari Lin.”
Lina                 : “Aduh bu yang penting untuk beli kadonya” (dengan suara keras).
Ibu                   : (Merasa sedih dan pasrah) “Yasudah ini ibu kasih.” (memberikan
  uang kepada Lina).
Lina                 : “Nah gitu bu, lama banget” (merasa senang dan pergi ke kamar
  meninggalkan ibu).

Ibu menjadi sakit-sakitan karena jarang makan, wajah ibu pucat dan tubuhnya pun semakin kurus. Ketika ibu bekerja tiba-tiba perutnya sering sakit dan datanglah Bu Neni menghampirinya.

            Bu Neni           : “Bu Rita tidak apa-apa bu? Mingu-minggu ini saya lihat ibu semakin
  pucat?” (memegang pundak Ibu Rita).
            Ibu                   : “Saya tidak apa-apa bu, akhir-akhir ini memang perut magh saya
  kambuh” (memegang perutnya).
            Bu Neni           : “Apa sebaiknya dipriksakan saja bu?” (merasa khawatir).
            Ibu                   : “Tidak usah bu hanya magh biasa saja, nanti juga hilang sakitnya.”
            Bu Neni           : “Tetapi wajah dan mata ibu seperti tidak sehat, saya antar kedokter
  ya bu?” (merasa khawatir dan kasian)
            Ibu                   : “Tidak usah repot-repot bu” (tersenyum).
            Bu Neni           : “Tidak bu, ibu harus pergi ke dokter sekarang saya antar” (memaksa
“Bu Rita dan menggandengnya).

Satu jam kemudian ibu dan Bu Neni tiba di rumah sakit, setelah itu Ibu masuk ditemani Bu Neni di ruang pemeriksaan.

            Dokter             : “Apa yang ibu keluhkan saat ini bu?”
            Ibu                   : “Perut saya sering sakit dok.”
            Dokter             : “Silahkan Ibu berbaring, saya periksa dahulu bu” (memeriksa tubuh
  Bu Rita)
           
Setelah pemeriksaan selesai dokter memberi tahu penyakit yang ada didalam tubuh ibu. Ibu dan Bu Neni pun kaget mendengarnya.

            Dokter             : “Kenapa ibu baru periksa sekarang bu” (merasa kasihan).
            Bu Neni           : “Memangnya sakit apa dok?” (penasaran).
            Dokter             : “Ibu Rita mengidap penyakit liver bu.”
            Ibu                   : “Astaugfirullah” (menangis).
            Bu Neni           : “Liver dok?” (masih belum percaya).
            Dokter             : “Iya bu.”

Beberapa minggu kemudian kondisi ibu semakin menurun dan tidak membaik karena waktu istirahatnya dipaksakan untuk bekerja demi anaknya. Setelah itu Bu Neni membawa ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian dokter keluar.

            Bu Neni           : “Dok bagaimana dok keadaannya?” (merasa khawatir).
            Dokter             : (Hanya terdiam dan merasa kasihan)
            Bu Neni           : “Dok…jawab dok” (memegang tangan dokter).
            Dokter             : “Maaf bu pasien Bu Rita tidak bisa kami selamatkan.”
            Bu Neni           : “Innalilahi wainnalilahi rojiun” (menangis).

Pulang sekolah Lina terkejut melihat rumahnya dipenuhi dengan banyak orang. Tetapi dia tidak peduli dan tetap masuk kedalam rumah. Sampai di dalam rumah Lina tidak percaya.

            Lina                 : (Menangis tersedu-sedu dan tubuhnya tiba-tiba lemas).
            Bu Neni           : “Lin…ibu kamu” (menangis).
            Lina                 : “Ibu…kenapa ibu begitu cepat ninggalin Lina” (menangis sambil
  memeluk tubuh ibunya).
            Bu Neni           : “Lin, yang sabar ya” (merangkul tubuh Lina).
            Lina                 : “Ada apa sama ibu?” (menangis).
            Bu Neni           : “Ibu kamu mengidap penyakit liver Lin, mungkin Bu Rita
  menyembunyikannya dari kamu.”
            Lina                 : “Ibu…Lina minta maaf bu” (menangis).
            Bu Neni           : “Sudah Lin kamu yang sabar dan tabah ya, memang berat
  menghadapinya” (memeluk Lina).
            Lina                 : (Tetap menangis dan memeluk tubuh ibunya).

Beberapa hari setelah ibu meninggalkan dunia ini, Lina sekarang tinggal bersama tantenya dan memutuskan untuk putus sekolah dan bekerja di sebuah karaoke. Pukul Sembilan malam Lina pun bersiap-siap untuk berangkat kerja. Sampai di tempat kerja Lina bertemu dengan Ria.

            Ria                   : “Waaw kamu sangat cantik Lin, pasti banyak yang tertarik.”
            Lina                 : “Aah kamu bisa saja Ri, terus gimana nih kerjaan aku Ri?”
            Ria                   : “Kamu tinggal nemenin pelanggan yang mau karaoke, gampang
  kan?”
            Lina                 : “Oh gitu saja, iya Ri gampang”

Disela-sela pembicaraan tiba-tiba ada seorang pelanggan yang ingin karaoke dan minta untuk ditemani Lina. Sampai di ruang karaoke seorang pemuda itu mengajak bernyanyi sambil mabuk-mabukan.

Pemuda           : “Mbak ini dong minum juga pasti semua beban dan pikiran hilang
  seketika” (menyodorkan sebuah botol minuman keras).
            Lina                 : “Oh iya mas” (minum sampai habis dan pinsan).

Setelah sadar sekitar pukul tiga pagi Lina pun pulang diantar oleh Ria. Perilakunya semakin berubah, dia sering mabuk-mabukan, merokok, bahkan sering tidak pulang ke rumah. Ketika Lina keluar dari kamar dan ingin berangkat kerja, datanglah tante.

Tante               : “Lin... tunggu sebentar Lin.”
Lina                 : (Menghela napas) “ada apa Tan?” (menoleh kearah Tante).
Tante               : “Kamu kemana aja Lin, kok nggak pernah pulang?”
Lina                 : “Ya kerja lah Tan!”
Tante               : “Kerja kok sampai gak pulang ke rumah, Lin... Lin...”
Lina                 : “Sudahlah Tan, namanya juga kerja keras!”
Tante               : “Emangnya kamu kerja dimana, Lin?”
Lina                 : “Bukan urusan Tante!”
Tante               : “Iya sih...tapi...”
Lina                 : “Sudahlah Tan, Lina mau kerja!” (pergi meninggalkan Tante).
Tante               : “Ya ampun itu anak susah dibilangin.” (mengelus dada).

Tante Emi sangat khawatir dan gelisah dua hari ini Lina tidak pulang ke rumah lagi. Duduklah tante di ruang tamu dan tiba-tiba datanglah Lina.

            Lina                 : (Berjalan dengan berdoyong-doyong).
            Tante               : “Lin…kamu mabuk lagi ya?”
            Lina                 : (Hanya terdiam dan tetap berjalan menuju kamarnya).
            Tante               : “Lin…dengarkan tante dulu” (dengan nada kesal dan memegang
  tangan Lina).
            Lina                 : “Apa lagi sih tan.”
            Tante               : “Lin…tante mohon sama kamu, kamu boleh kerja tapi gak kayak
  gini.”
            Lina                 : “Terus mau tante kayak gimana?”
            Tante               : “Ya kamu bisa menjadi penjaga toko atau ikut tante kerja pabrik.”
            Lina                 : “Tan…Lina kan cuma lulusan SMP, SMA aja mogok kan? Kerja
  yang banyak gajinya ya kayak sekarang.”
            Tante               : “Tetapi tante gak suka kamu yang sekarang, Lin.”
            Lina                 : “Lina suka kok tan, sudahlah Lina lelah mau tidur” (pergi
  meninggalkan tante dan masuk ke kamar).
            Tante               : (merasa sedih) “Astaugfirullah Lina.”

Lina yang tidak pernah pulang ke rumah pun merasa lebih nyaman dengan dunia kerjanya sekarang. Disaat tengah menemani seorang pelanggan tiba-tiba telepon genggamn Lina berdering.

            Lina                 : (Mengangkat telepon genggamnya) “Hallo tan.”
            Tante               : “Lin kamu ada dimana? Sudah hampir seminggu kok gak pulang.”
            Lina                 : “Lina malas pulang Tan, setiap Lina pulang pasti dinasihati.”
            Tante               : “Ya…ampun Lin kamu itu, demi kebaikan kamu.”
            Lina                 : “Sudahlah Tan, Lina mau kerja.”
            Tante               : “Iya tapi nanti kamu harus pulang.”
            Lina                 : “Iya…iya Tan, nanti Lina pulang” (menutup telepon genggamnya).

Pukul tiga pagi akhirnya Lina pun sampai di rumah. Tante Emi yang melihat Lina seperti biasa pulang dalam keadaan mabuk. Seribu pertanyaan dia tahan sampai Lina benar-benar sadar.

            Tante               : “Akhirnya kamu pulang Lin?”
            Lina                 : “Tante sendiri kan yang minta” (berjalan menuju kamarnya).
            Tante               : “Yasudah kamu istirahat saja sana.”
            Lina                 : (Menatap tantenya) “Nah gitu dong tan setiap Lina pulang gak usah
  dinasihati” (pergi ke kamar dan langsung tidur).
            Tante               : (Hanya terdiam dan geleng-geleng kepala).

Setelah dua jam lamanya Tante Emi menunggu Lina untuk keluar kamar. Akhirnya Lina keluar dari kamarnya.

            Tante               : “Lin…kamu masih mau bekerja disana?”
            Lina                 : “Tan…Lina itu sudah nyaman tan, tante gak ngerti-mgerti sih.”
            Tante               : “Tante ingin lebih tegas sama kamu sekarang. Kamu tinggalkan
  pekerjaan kamu dan tetap tinggal sama tante atau sebaliknya?”
            Lina                 : “Maksud tante, tante ngusir Lina?”
            Tante               : “Tante gak ngusir Lin hanya memberi ketegasan dan dua pilihan.”
            Lina                 : “Lina memilih tetap bekerja di tempat karaoke dan pergi dari rumah
  ini” (dengan nada marah).
            Tante               : “Lin…kamu serius?” (memegang tangan Lina).
            Lina                 : “Iya keputusan Lina sudah bulat. Lina bisa hidup sendiri tanpa tante”
  (membereskan semua pakaian dan barang-barangnya).
            Tante               : “Lin…tetaplah tinggal bersama tante” (memegang tangan Lina dan
  menangis).
            Lina                 : “Keputusan Lina sudah bulat tan” (pergi dari rumah dan
  meninggalkan tantenya).
            Tante               : “Lin…Lina…” (berteriak dan tetap menangis).

Tante Emi sangat terpukul dengan kejadian ini, dia tidak percaya bahwa Lina memilih pekerjaanya ditimbang tinggal bersamanya. Sudah satu bulan berlalu Lina tidak memberi kabar dan Tante Emi mencoba menghubungi tapi tidak ada jawaban. Entah bagaimana Lina sekarang dan dimana dia berada.


TAMAT


1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa to host Job Fair on Saturday
    The Borgata Hotel Casino & Spa is hosting an event benefiting the 제주 출장마사지 American 오산 출장안마 Legion of Veterans of the 광양 출장마사지 American Legion of Apr 1, 2022The Miss America 광명 출장샵 Pageant Feb 18, 사천 출장샵 2022Gladys Knight Apr 27, 2022Gladys Knight

    BalasHapus

 

Honey Bunny Template by Ipietoon Cute Blog Design