20171027

Naskah Drama "Tukang Becak"

RODA KEHIDUPAN

EPISODE 1

Hiduplah keluarga kurang mampu dari Bapak Gito yang mempunyai anak tunggal. Terlihat di ruang tamu Pak Gito sedang berbincang-bincang dengan anaknya.

Karyo              : “Pak…bapak.”
Bapak              : “Ada apa, Le?”
Karyo              : “Bapak punya uang gak, pak?”
Bapak              : “Lah mau buat apa to, Le?”
Karyo              : “Saya mau daftar tentara, pak.”

Datanglah ibu sambil membawa minuman untuk Bapak.

Ibu                   : “Ada apa to Le, kok serius banget.”
Bapak              : “Ini bu, anake mau daftar tentara.”
Ibu                   : “Beneran, Yo? Sudah mantep?”
Karyo              : “Iya bu, kalau ada uangnya.”
Bapak              : “Kalau soal uang, bapak sama ibu usahan, Le.”

Malam harinya Pak Gito dan istrinya melanjutkan perbincangan untuk membahas tentang anaknya.


Ibu                   : “Pak, gimana anake kita mau cari uang dimana?”
Bapak              : “Gimana ya bu, kita gak punya tabungan.”
Ibu                   : “Kalau kita pinjam uang di Bank gimana, pak?”
Bapak              : “Lah minjam di Bank jaminannya apa, bu?”
Ibu                   : “Kalau rumah atau sawah gimana, pak? Itu harta yang kita punya.”
Bapak              : “Tapi kalau kita gak bisa bayar gimana, bu?”
Ibu                   : “Iya ya pak, kalau gak bisa bayar kita tinggal dimana?”
Bapak              : “Apa kita jual sawah aja, bu?”
Ibu                   : “Yasudah pak gak papa, dari pada rumahnya disita.”
Bapak              : “Yasudah besuk coba bapak tawarkan.”

Beberapa hari kemudian Pak Gito memberikan uang kepada Karyo untuk mendaftarkan tentara.

Bapak              : “Le, ini uangnya buat dafat tentara.”
Karyo              : “Terima kasih pak, doakan diterima ya pak.”
Bapak              : “Iya Le, wes sana hati-hati.”

Setelah diberi uang, Karyo langsung bersiap-siap untuk mendaftar dan menemui salah satu petugas.

Karyo             : “Permisi pak, kalau mau daftar dimana ya?
Petugas            : “Itu masuk aja, dek.”
Karyo              : “Iya pak, terima kasih.”

Kemudian Karyo mengikuti tes masuk tentara. Beberapa jam kemudian Petugas memanggil Karyo.

Petugas            : “Karyo…”
Karyo              : (Maju kedepan mengambil amplop, kembali ke tepat duduk dan
  membuka isi amplop) “Ya Allah.”
            Petugas            : “Sudah dek tidak apa-apa. Masih ada kesempatan lain.”
            Karyo              : “Iya Pak” (Bergegas meninggalkan ruangan).

Dalam perjalanan pulang, Karyo bingung untuk memberitahukan kepada orang tuanya. Karyo pun leangsung bergegas pulang ke rumah. Bapak yang sedang duduk bersantai di ruang tamu, langsung menanyainya.

Bapak              : “Gimana, Le? Diterima to?”
Karyo              : (Demgan muka sedih) “Mboten pak.”
Bapak              : (Kaget) “Gimana to, Yo?”
Karyo              : “Lah gimana pak? Karyo sjuga sudah usaha.”
Bapak              : “Sudah tak bela-belakan jual sawah, malah gak diterima.”
Karyo              : “Maafin Karyo pak. Kar…”
Bapak              : “Sudah pokoknya kamu harus ngembalike duite.”

Tiba-tiba Ibu datang.
Ibu                   : “Sabar…pak…sabar! Istighfar pak.”
Bapak              : “Bapak gak mau tahu. Pokoknya kamu harus ngembalikan uangnya.”
Karyo              : “Iya pak. Karyo janji” (pergi ke kamar).

Keesokan harinya, Karyo sudah memantapakan dirinya untuk pergi meninggalkan rumah. Dia pun langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Karyo              : “Pak..bu…, Karyo mau bicara.”
Ibu                   : “Piye, Le?”
Karyo              : “Karyo mau pamit bu, pergi merntau.”
Ibu                   : “Lah mau kemana to, Le?”
Karyo              : “Mau cari kerja bu, buat gantiin uang bapak.”
Ibu                   : “Tapi ibu gak bisa kasih pesangon, Le.”
Bapak              : “Sudahlah bu biarkan aja, yang penting kita bisa beli sawah lagi.”
Ibu                   : “Pak…jangan kayak gitu to.”
Karyo              : “Tidak apa-apa bu.”
Ibu                   : “Beneran, Le? Ya sudah hati-hati. Semoga kamu selamat sampai
  tujuan.”

EPISODE 2

Sampai di perantauan, Karyo bingung karenahanya memiliki uang Rp. 3000,00. Kemudian dia bertemu dengan tukang becak dan bertanya.

Karyo              : “Pak saya mau Tanya, harga sewa becak seharinya berapa ya?”
Tukang becak  : “Rp. 500,00 dek.”
Karyo              : “Kalau saya mau nyewa, dimana ya pak?”
Tukang becak  : “Oh…nanti sekalian saya antar dek.”

Akhirnya Karyo dapat menyewa becak dengan harga sewa Rp.500,00 seharinya. Hari-hari Karyo menjalani pekerjaannya menjadi tukang becak.

Malam hari ketika Karyo sedang beristirahat di atas becaknya, dia bergumam.

Karyo              : “Kalau begini caranya, mau sampai kapan aku bisa ngembalikan uang
  bapak? Untuk sehari-hari saja gak cukup.”

Keesokan harinya Karyo mengantar penumpang.dalam perjalanan Karyo melihat ada sebuah pabrik batako dan disana ada lowongan pekerjaan. Setelah mengantar penumpang. Karyo langsung menuju pabrik batak tersebut dan bertanya.

Karyo              : “Permisi pak.”
Tukang            : “Ya ada apa mas?”
Karyo              : “Saya mau melamar kerja pak.”
Tukang            : “Oh…y asana masuk saja, menemui Pak Bambang.”

Karyo menuju ruangan Pak Bambang.
Karyo              : (Mengetuk pintu).
Pak Bambang  : “Ya masuk.”
Karyo              : “Permisi pak. Saya mau melamar kerja disini.”
Pak Bambang  : “Oh…ya mas. Besuk langsung kerja ya.”
Karyo              : “Terima kasih pak.”

Keesokan harinya Karyo bekerja sebagai tukang batako. Karyo menjalani pekerjaannya dengan semangat. Tiga hari kemudian Karyo merasakan susah payah menjalani pekerjaan itu. Lalu ia memutuskan kembali menjadi tukang becak lagi.
Hari berikutnya dia kembali menarik becak. Dia bertemu dengan seorang penumpang yang menawari pekerjaan.

Karyo              : “Mau kemana mbak?”
Penumpang     : “Ke Rumah Sakit Ibnu Sina mas.”
Karyo              : “Oh kerja disitu ya mbak?” (sambil mengayuh becaknya).
Penumpang     : “Iya mas. Lah masnya sudah lama kerja jadi tukang becak?”
Karyo              : “Ya…gini lah mbak. Saya sudah lama tapi ingin mencari pekerjaan
  yang lebih baik lagi.”
Penumpang     : “Kebutulan mas, di rumah sakit tempat kerja saya ada lowongan jadi
  tukang kebun.”
            Karyo              : “Kebutulan mbak, sekalian nanti saya mau daftar.”
            Penumpang     : “Oh iya mas, nanti saya antar.”

            Sampai di rumah sakit Karyo diantar penumpang tadi menuju tempat HRD. Dia berbicara dengan pimpinannya.

            Karyo              : “Permisi bu.”
            Pimpinan         : “Ya, ada yang bisa saya bantu?”
            Karyo              : “Saya mau melamar jadi tukang kebun disini bu.”
            Pimpinan         : “Wah saying sekali mas. Kebetlan barusan sudah ada yang melamar.”
            Karyo              : “Ya sudah bu, terima kasih.”
            Pimpinan         : “Iya mas.”

            Keluar dari ruangan Karyo bertemu dengan pegawai Rumah Sakit tadi.
            Pegawai           : “Gimana mas, sudah diterima?”
            Karyo              : “Wah sudah ada yang melamar mbak.”
            Pegawai           : “Saya ada informasi pekerjaan lagi mas, tapi bukan di daerah sini.”
            Karyo              : “Dimana mbak?”
            Pegawai           : “Di Jakarta jadi office boy.”
            Karyo              : “Kalau gitu saya minta alamatnya saja mbak.”
Pegawai           : “Oh iya mas. Ini alamatnya” (sambil memberi selembar kertas).


1 komentar:

 

Honey Bunny Template by Ipietoon Cute Blog Design