Dilema Cinta
Karya Rizky
Annisa
Episode 1
Tokoh :
1.
Citra
2.
Lala
Citra, salah
satu perempuan yang baru saja pindah ke Jakarta karena mengikuti ayahnya yang
didinaskan disana. Citra akan bersekolah di SMA Cahaya Bangsa yang termasuk
sekolah favorit di Jakarta. Pagi ini Citra baru saja melangkahkan kakinya di
SMA Cahaya Bangsa.
Citra : “Ruang guru dimana ya, kok nggak
ketemu-ketemu sih. Tanya saja kali ya,
kebetulan ada
siswa disana. (menghampiri siswa) Maaf ganggu sebentar
mautanya, ruang
guru disebelah mana ya?”
Lala : “Ohh.. ruang guru? Kamu dari sini lurus
saja, terus belok kiri. Nanti ada
tulisan ruang
guru kok.” (sambil menunjuk arah dengan muka bingung)
Citra : “Mmm.. makasih ya.”
Lala : “Iya sama-sama. Mau aku antar?”
Citra : “Boleh, nggak merepotkan kamu kan?”
Lala : “Enggak kok, kan aku yang nawarin mau
ngantar kamu. Ohh iya, kok aku
belum pernah
liat kamu ya.” (sambil berjalan)
Citra : “Iya, soalnya ini hari pertama aku masuk
sekolah.”
Lala : “Ohh gitu. Ehh sampai lupa, kita belum
kenalan. Kenalin aku Lala.”
Citra : “Ohh iya, kenalin aku Citra.” (membalas
uluran tangan Lala)
Lala : “Kamu pindahan darimana?”
Citra : “Aku pindahan dari Bandung.”
Lala : “Ohh gitu, enak ya suasana di Bandung.
Kalau suruh milih aku mending
milih tinggal di
Bandung.”
Citra : “Iya sih, banyak tempat wisatanya juga
disana.”
Lala : “Iya betul banget. Ohh iya sudah hampir
sampai, itu ruang gurunya.” (sambil
menunjuk arah
ruang guru)
Citra : “Mmm.. iya. Makasih sudah mau antar aku.”
Lala : “Iya sama-sama. Aku pergi dulu ya.”
Episode 2
Tokoh :
1.
Citra
2.
Desi
3.
Vita
4.
Dina
5.
Sandra
6.
Lala
7.
Siska
8.
Ibu
guru
Bel masuk sudah berbunyi. Siswa bergegas
masuk ke kelas masing-masing. Citra bersama ibu guru masuk ke kelas yang sudah
ramai.
Guru :
“Selamat pagi anak-anak, hari ini kalian kedatangan teman baru pindahan
dari Bandung.”
Siska :
“Teman baru? Perempuan apa laki-laki Bu?”
Guru :
“Sudah-sudah, ibu panggilkan dulu. (keluar kelas memanggil Citra) Ayo
perkenalkan diri kamu.”
Citra :
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Citra Kartika, saya pindahan dari
SMA 4 Bandung.”
Guru :
“Mungkin itu dulu perkenalannya. Kalian bisa tanya lagi saat istirahat.
Silahkan Citra duduk ditempat yang
kosong, karena kita akan melanjutkan
pelajaran.”
Teettt.. teettt.. bel istirahat berbunyi
nyaring. Desi dan Vita mengajak Citra untuk pergi ke kantin bersama.
Desi :
“Hai kenalin aku Desi dan ini temenku Vita.”
Citra :
“Hai, aku Citra.”
Desi :
“Pergi ke kantin bareng yuk.” (menghampiri tempat duduk Citra)
Vita :
“Iya, bareng kita aja ke kantinnya.”
Citra :
“Boleh, kebetulan aku juga sudah lapar.”
Vita :
“Ya sudah yuk, mumpung anak-anak belum keluar.”
Sesampainya di kantin.
Desi :
“Kalian mau pesan apa?”
Vita :
“Aku mau pesen bakso sama es jeruk aja deh, kamu mau apa Cit?”
Citra :
“Aku sama seperti kamu aja.”
Desi :
“Aku pesenin dulu ya.”
Citra :
“Oke.”
Vita :
“Ehh Cit, kamu kenapa pindah ke Jakarta?”
Citra :
“Aku ikut ayahku yang didinaskan disini.”
Vita :
“Ohh gitu. Berarti kamu ada rumah di Bandung dong?”
Citra :
“Iya punya. Sekarang rumahnya dijaga sama tanteku.”
Vita :
“Kalau liburan boleh dong diajak kesana?”
Citra :
“Iya, boleh banget. Besok ya kalau liburan.”
Vita :
“Oke deh.”
Desi :
“Lagi bicarain apa sih, kok kelihatan asik banget?” (sambil meletakkan bakso
dimeja)
Vita :
“Kamu mau tahu aja. Hahaha..” (sambil tertawa)
Desi :
“Iya sudah. Makan dulu yuk.”
Vita :
“Ohh iya, nanti pulang sekolah jalan bareng yuk. Mau kan Cit?”
Citra :
“Mau dong. Aku juga pengen jalan-jalan keliling Jakarta.”
Desi :
“Nanti ketemuan aja ya. Kita pulang ganti baju dulu.”
Citra dan Vita : “Oke.”
Seperti biasanya setiap pulang sekolah
Dina, Sandra, Lala, dan Siska selalu nongkrong di sebuah kafe yang terkenal di
Jakarta. Walaupun mereka semua tidak satu kelas, tetapi mereka selalu
menghabiskan waktu bersama. Siang ini sepulang sekolah mereka langsung menuju
ke kafe tersebut.
Siska :
“Ehh gengs, kalian tahu nggak ada anak baru dikelasku.”
Dina :
“Anak mana Sis?”
Sandra :
“Cerita dong. Anaknya gimana?”
Siska :
“Dia dari Bandung, namanya Citra. Anaknya cantik, badannya juga kaya
model, tapi gayanya agak kampungan.”
Dina :
“Yaudah santai aja, dia nggak mungkin nyaingin kita.”
Lala :
“Maaf ya aku datangnya telat, ada urusan tadi di sekolah.”
Sandra :
“Iya santai aja.”
Lala :
“Kalian habis ngobrolin apa sih?”
Siska :
“Kamu sudah tau gosip terbaru?”
Lala :
“Gosip apa?”
Dina :
“Ada anak baru di sekolah kita.”
Lala :
“Ohh itu, aku sudah tahu.”
Siska :
“Kamu tahu darimana?”
Lala :
“Tadi pagi kan aku yang antar dia ke ruang guru. Citra kan namanya?”
Siska :
“Iya. Sekarang dia sekelas sama aku.”
Dina :
“Eh gengs, gimana kalau dia suruh gabung sama kita?”
Lala :
“Apa? Kamu nggak salah Din?”
Sandra :
“Iya, kamu nggak lagi bercanda kan?”
Dina :
“Aku serius kok.” (sambil tersenyum)
Hari pun sudah berganti pagi lagi.
Suasana kantin sudah mulai ramai oleh siswa yang sedang mengisi jam
istirahatnya. Didalam kelas masih ada Citra dan Siska.
Vita :
“Cit, aku sama Desi mau ke perpustakaan. Kamu mau ikut?”
Citra :
“Aku mau ke kantin aja. Perutnya sudah keroncongan ini hehehe..”
Desi :
“Ohh gitu, kita jalan dulu ya.”
Citra :
“Iya.”
Siska :
“Kamu mau ke kantin? Bareng aku aja yuk.”
Citra :
“Iya aku mau ke kantin. Yaudah yuk bareng.”
Sesampainya di kantin.
Dina :
“Hai Sis, kita disini.” (sambil melambaikan tangan ke arah Siska)
Siska :
“Kita kesana yuk, bareng sama temen aku.”
Citra :
“Tapi aku malu, aku kan belum kenal sama mereka.”
Siska :
“Sudah nanti aku kenalin, yuk.” (menarik tangan Citra)
Lala :
“Hai Cit, masih ingat aku kan?”
Citra :
“Aku masih ingat kok, Lala kan?”
Lala :
“Iya. Kenalin ini temen-temen aku.”
Mereka pun saling berkenalan satu sama
lain. Banyak hal yang mereka bicarakan.
Episode 3
Tokoh :
1.
Citra
2.
Raka
3.
Desi
4.
Dina
5.
Sandra
6.
Siska
7.
Lala
8.
Tobi
Sudah 2 bulan Citra bersekolah di Cahaya
Bangsa, dan selama itu belum ada cowok yang tertarik dengannya. Siang itu Citra
diberi tugas untuk mengumpulkan buku tugas siswa untuk dibawa ke ruang guru.
Saat berada di lorong dekat ruang guru tiba-tiba, brukk..
Citra :
“Yah kan jatuh semua bukunya.”
Raka :
“Maaf ya, aku tidak sengaja nabrak kamu. Sini aku bantu beresin bukunya.”
Citra :
“Iya tidak apa-apa kok.”
Raka :
“Kamu anak baru ya? Kok aku belum pernah liat.”
Citra :
“Iya aku anak baru.”
Raka :
“Kenalin aku Raka.” (mengulurkan tangan)
Citra :
“Aku Citra.” (membalas uluran tangan Raka)
Saat mereka sedang berkenalan, dilain
tempat Sandra melihat kejadian itu secara tidak sengaja. Dia pun langsung
berlari dan memberi tahu kepada genknya yang sedang berada di kantin.
Sandra :
“Ehh Din, ada berita heboh.”
Siska :
“Berita apa sih?”
Sandra :
“Kamu tahu kan anak baru temen sekelasmu itu, masa tadi aku lihat dia lagi
ngobrol gitu sama Raka.”
Dina :
“Apa? Raka sama Citra? Kamu bercanda kan?”
Sandra :
“Masa muka kaya gini dibilang bercanda, aku serius.”
Lala :
“Wah, nggak bisa dibiarin ini Din. Kita harus bertindak”
Dina :
“Tenang saja, aku sudah punya ide bagus.”
Citra bertemu dengan Desi si ruang kelas
dan mengobrol tentang apa yang habis terjadi.
Desi :
“Kamu darimana saja? Lama banget ke ruang gurunya,”
Citra :
“Iya maaf.” (sambil senym-senyum)
Desi :
“kok keliatan lagi seneng gitu.”
Citra :
“Iya, tadi aku habis kenalan sama laki-laki, namanya Raka.
Desi :
“Hah? Raka?”
Citra :
“Iya, memang kenapa?”
Desi :
“Dia kan cowok populer di sekolah kita, banyak yang suka sama dia
termasuk Desi.”
Citra :
“Ya aku kan tidak tahu, lagipula aku Cuma kenalan kok tadi.”
Desi :
“Yaudah, ke kantin aja yuk.”
Raka menuju kantin untuk bertemu dengan
temannya.
Tobi :
“Kenapa kamu Ka? Diem aja dari tadi.”
Raka :
“Nggak kenapa-kenapa kok.”
Tobi :
“Aku tahu kalau kamu kaya gini pasti ada apa-apa.”
Raka :
“Nggak, tadi aku Cuma nggak sengaja nabrak cewek.”
Tobi :
“Terus kamu kenalan?”
Raka :
“Iya, namanya Citra.”
Tobi :
“Ohh, anak baru dari Bandung itu ya?”
Raka :
“Ya mana aku tahu. Tapi kok kamu tahu kalau dia dari bandung?”
Tobi :
“Anak-anak kan banyak yang ngomongin, aku tahu juga dari itu.”
Raka :
“Ohh gitu.”
Tobi :
“Ehh yang kamu bilang Citra itu yang rambutnya panjang agak keriting itu
bukan?”
Raka :
“Iya, kok kamu tahu?”
Tobi :
“Ya Cuma nebak aja sih.”
Raka :
“Ehh itu anaknya.”
Tobi :
“Mana?”
Raka :
“Itu yang sama Desi.”
Tobi :
“Lucu juga ya.”
Raka :
“Apa? Lucu? Kamu bercanda?”
Tobi :
“Enggak.”
Desi :
“Hai Raka, Tobi. Kok aku sekarang jarang lihat kalian ya?”
Tobi :
“Si Raka sibuk latihan basket.”
Raka :
“Si Tobi sibuk pacaran.”
Desi :
“Hah? Tobi pacaran sama siapa?”
Raka :
“Sama gulinglah hahaha. Kenapa kaget gitu?”
Desi :
“Ehh siapa juga yang kaget.”
Citra :
“Hai Raka, ketemu lagi.”
Raka :
“Iya nih, kan kita masih satu sekolah juga.
Tobi :
“Kalian mau makan?”
Desi :
“Iya nih, tapi kursinya penuh semua.”
Tobi :
“Yaudah, gabung sini aja.”
Citra :
“Yaudah yuk makan, aku laper.”
Episode
4
Tokoh :
1.
Citra
2.
Vita
3.
Desi
4.
Raka
5.
Dina
6.
Lala
7.
Siska
8.
Sandra
Seperti biasa Dina dan genk kumpul
bersama di kafe dan sedang mengobroltentang rencana mereka mengerjai Citra.
Sandra :
“Gimana Din rencana buat ngerjain Citra?”
Dina :
“Ide sih banyak, tapi terlalu ekstrim.”
Lala :
“Masih mau ngerjain Citra?”
Siska :
“Masih zaman ya ngerjain orang?”
Sandra :
“Kalau sama Dina sih masih zaman.”
Lala :
“Terus apa rencananya?”
Dina :
“Kita harus deketin Citra.”
Siska :
“Nggak salah dengar aku?”
Dina :
“Enggak lah, dan tugas buat kamu La,
kamu harus deketin Citra karena
kamu yang satu kelas.”
Lala :
“Itu aja?”
Dina :
“Tunggu tanggal mainnya.”
Sore ini Desi, Vita, dan Citra akan belajar
bersama di rumah Citra.
Citra :
“Eh yang ini gimana cara ngerjainnya?”
Desi :
“Kalau punyakukaya gini caranya.” (menunjukkan buku)
Vita :
“Oh iya Cit, kok kayanya kamu seneng kalau lihat Raka.”
Citra :
“Ah enggak, biasa aja.”
Vita :
“Bohong, kita tahu kalau kamu tuh kelihatan seneng kalau ketemu Raka.”
Citra :
“Iya-iya, aku suka sama Raka. Ketahuan deh.”
Desi :
“Tuh kan bener.”
Citra :
“Aku juga tahu kalau kamu suka sama Tobi, Des.”
Desi :
“Kamu tahu dari siapa? Dari Vita ya?”
Vita :
“Aku nggak ngasih tahu ya.”
Citra :
“Kelihatan dari tingkah kamu Des, kalau ketemu Tobi pasti nyapa duluan
sambil senyum-senyum gitu.”
Vita :
“Cit, kamu kan suka sama Raka, gimana kalu kamu rubah penampilanmu.
Biar Raka juga suka sama kamu, gimana?”
Desi :
“Aku setuju, Raka kan anak populer dan ganteng juga, jadi Citra juga harus
cantik.”
Vita :
“Oke. Yuk kita mulai sekarang.”
Paginya saat masuk sekolah, Citra sudah
berubah penampilannya. Semua murid memandangi Citra saat dia berjalan di
koridor sekolah.
Desi :
“Tuh kan pada ngelihatin Citra semua.”
Vita :
“Iya, kita berhasil Des.”
Siska :
“Citra, pilang sekolah nanti ada acara nggak?”
Citra :
“Mmm.. nggak ada sih. Ada apa?”
Siska :
“Nggak ada apa-apa sih. Cuma mau ngajak kamu jalan. Bisa kan?”
Citra :
“Ohh, bisa kok.”
Siska :
“Yaudah nanti aku kabarin lagi.”
Vita :
“Siska kok tumben banget, habis kesurupan kali ya kok sok akrab sama
Citra.”
Desi :
“Sudah, jangan suudzon dulu.”
Hari-hari berikutnya Citra selalu
berkumpul bersama Dina dan teman-teman satu genknya. Hingga suatu waktu Desi
dan Vita melihatnya sedang berada di kantin.
Vita :
“Ehh Des lihat deh, itu kan Citra. Kok dia sekarang dekat sama Dina dan
teman-temannya ya. Penampilannya juga
berubah.”
Desi :
“Ya mungkin dia lagi bersosialisasi kali. Sudah biarin dulu aja. Ohh iya,
sebentar lagi kamu kan ulang tahun, mau
minta kado apa?”
Vita :
“Aku pengen kita bisa kumpul bertiga lagi, itu sudah cukup kok.”
Hari ulang tahun Vita pun tiba. Desi
berusaha menghubungi Citra, namun teleponnya tidak diangkat. Setelah beberapa
kali menghubungi, akhirnya...
Desi :
“Halo? Citra?”
Dina :
“Halo? Ini siapa ya?”
Desi :
“Ini aku, Desi.”
Dina :
“Ohh kamu, Citra lagi perawatan, nggak bisa diganggu. Ada apa? Nanti aku
kasih tahu Citra.”
Desi :
“Tolong bilangin ke Citra kalau sekarang ulang tahunnya Vita, bisa-bisanya
lupa sama ulang tahun sahabatnya
sendiri. Makasih!”
Dina :
“Sama-sama. (menutup telepon dengan kesal) Emang aku apa disuruh-suruh.
Emang aku pembantu!”
Citra :
“Din, tadi handphoneku bunyi ya?”
Dina :
“Enggak kok, nih handphonemu. Siska, Lala, Sandra mana?”
Citra :
“Masih didalam kayanya.”
Raka sedang main kerumah Tobi. Seperti biasa
mereka main game bersama. Tiba-tiba Tobi berhenti bermain dan mengobrol dengan
Raka.
Tobi :
“Ehh Ka..”
Raka :
“Kenapa?”
Tobi :
“Besok aku mau nyatain perasaanku ke Citra.”
Raka :
“Hah? Aku nggak salah dengar kan?”
Tobi :
“Enggak kok. Tolong bantuannya ya.”
Raka :
“Sejak kapan kamu suka sama Citra ?”
Tobi :
“Saat pertama bertemu di kantin.”
Raka :
“Ohh gitu, yaudah aku dukung deh.”
Keesokan paginya Citra menghampiri Desi
dan Vita yang sedang duduk di dalam kelas.
Citra :
“Hai Des, Vit, lagi ngapain?”
Desi :
“Lagi baca buku. Nggak lihat apa?”
Citra :
“Ya aku kan Cuma tanya. Vita, aku minta maafya kemarin aku nggak bisa
datang. Soalnya...
Vita :
(Memotong pembicaraan Citra) “Iya nggak apa-apa kok. Kita sudah tahu
kenapa kamu nggak bisa datang.”
Merasa tidak dianggap di dalam kelas,
Citra pun pergi ke taman.
Tobi :
“Hai Cit..”
Citra :
“Eh Tobi. Ngapain kesini?”
Tobi :
“Mmm... Aku langsung ngomong aja ya. Sebenernya aku suka sama kamu
Cit. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Citra :
“Apa? Aku nggak salah dengar?”
Tobi :
“Kamu nggak salah dengar kok. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Citra :
“Maaf Tobi, aku nggak bisa nerima kamu. Ada cewek yang akan tersakiti
kalau aku nerima kamu.”
Tobi :
“Tapi Cit..”
Citra :
(Pergi meninggalkan Tobi)
Dina dan teman-temannya sedang menyusun
rencana baru untuk mengerjai Citra. Desi dan Vita tidak sengaja mendengar semua
tentang rencana Dina.
Lala :
“Sepertinya rencana kamu berjalan lancar Din.”
Siska :
“Kapan sih rencana Dina nggak sukses La.”
Sandra :
“Terus selanjutnya mau di gimanain si Citra?”
Dina :
“Besok malam kita ke rumah sakit, pura-pura jenguk tante aku. nanti aku
kerjasama sama penjaga sana buat
minjemin kunci kamar jenazah.”
Lala :
“Terus gimana?”
Dina :
“Pas kita lewat situ, Citra kita dorong masuk ke kamar jenazah dan kita kunci
dari luar.”
Siska :
“Hah? Ruang jenazah? Kan serem Din disana.”
Dina :
“Enggak, tenang aja. Nggak akan terjadi hal aneh disana.”
Vita :
“Eh Des, kamu dengar kan yang barusan Dina omongin.”
Desi :
“Iya, aku dengar. Kita harus kasih tahu Citra.”
Desi dan Vita berlari menghampiri Citra
di dalam kelas.
Desi :
“Citra..”
Citra :
“Kenapa?”
Vita :
“Pokoknya kalau kamu diajak pergi sama Dina jangan mau.”
Citra :
“Emang ada apa?”
Desi :
“Mereka punya rencana mau jebak kamu.”
Citra :
“Kalian apa-apaan sih? Aku tahu kalian marah sama aku, tapi kalian nggak
boleh balas mereka kaya gini. Aku kira
kalian baik.”
Vita :
“Tapi Cit..”
Citra :
“Terserah kalian deh!” (pergi meninggalkan Desi dan Vita)
Desi :
“Gimana Vit, dia nggak mau percaya sama kita.”
Vita :
“Yaudah, biarin aja, yang penting kita sudah ngasih tahu. Biarin dia terkunci
di kamar jenazah.”
Tiba-tiba Raka dan Tobi masuk kelas dan
bertanya.
Raka :
“Kamar jenazah? Siapa yang meninggal?”
Vita :
“Citra!”
Tobi :
“Apa? Beneran?”
Desi :
“Apa sih Vit. Enggak, bukan gitu Ka. Jadi gini...
Desi menceritakan semua yang ia dan Vita
dengar.Malam pun tiba. Citra, Dina dan Siska sudah sampai di depan rumah sakit.
Citra :
“Emang yang sakit siapa Din? Kok malam-malam gini jenguknya”
Dina :
“Tante aku Cit.”
Siska :
“Iya Cit, komplikasi tantenya Dina tuh.”
Citra :
“Ohh gitu. yaudah semoga cepat sembuh ya tantemu din.”
Saat mereka melewati kamar jenazah, Dina
dan Siska mendorong Citra ke dalam kamar jenazah dan menguncinya.
Dina :
“Selamat malam Citra, tidur yang nyenyak ya di dalam sana. Yuk Sis kita
pergi.”
Citra :
“Din. Tolong keluarin aku dari sini. Aku takut.” (teriak histeris sambil
menggedor-gedor pintu)
Beberapa menit setelah Dina dan Siska
pergi,, brakk... Raka dan Tobi mendobrak
pintu
kamar jenazah.
Citra :
“Raka, Tobi!”
Raka :
“Sudah Cit, gapapa kok. Ada aku sama Tobi disini.”
Citra :
“Kalian tahu dari siapa?”
Tobi :
“Desi sama Vita.”
Citra :
“Jadi mereka beneran... (menangis)
Episode
5
Tokoh :
1.
Citra
2.
Raka
3.
Tobi
4.
Desi
5.
Dina
dan genk
Pagi harinya di sekolah.
Citra :
“Maaf ya Des, Vit, aku sudah nggak percaya sama kalian.”
Desi :
“Sudah Cit, jangan disesali..”
Citra :
“Tapi tetap aja. Maafin aku ya.”
Vita :
“Iya Cit, kita sudah maafin kamu kok.”
Citra :
“Makasih banyak ya kalian, kalian memang sahabat terbaik.” (memeluk Desi
dan Vita)
Saat
Desi dan Vita pergi, Citra menghampiri Tobi yang berada di taman.
Citra :
“Tobi..”
Tobi :
“Hai Cit, ada apa? Kamu sudah baikan?”
Citra :
“Sudah kok. Ada yang mau aku kasih tahu sama kamu.”
Tobi :
“Apa?”
Citra :
“Desi suka sama kamu.”
Tobi :
“Hah? Sejak kapan?”
Citra :
“Mungkin sudah lama, yaudah aku Cuma mau bilang gitu aja.”
Setelah Citra pergi, Raka datang
menghampiri Tobi.
Raka :
“Kenapa kamu To? Mukamu gitu banget.”
Tobi :
“Desi..”
Raka :
“Kenapa?”
Tobi :
“Dia suka sama aku.”
Raka :
“Ohh itu, aku sudah tahu kok.”
Tobi :
“Kamu sudah tahu? Kenapa nggak bilang sama aku.”
Raka :
“Ya habis kamu mikirin Citra terus.”
Tobi :
“Terus gimana dong? Desi sudah baik banget sama aku.”
Raka :
“Yaudah.”
Tobi :
“Yaudah apa?”
Raka :
“Jadiin pacar kamu.”
Tobi :
“Iyadeh.”
Raka :
“Ehh, aku punya ide.”
Tobi :
“Ide buat apa?”
Raka :
“Ngerjain balik Dina sama temen-temennya.”
Tobi :
“Apa idenya?”
Raka :
“Aku bakalan buat pesta.”
Tobi :
“Terus?”
Raka :
“Nanti kau ceritain.”
Raka pun mengundang teman-temannya untuk
datang ke pesta yang dia adakan di rumahnya.
Siska :
“Din, kita nggak salah kostum kan?”
Dina :
“Enggak, ini Raka yang ngasih tahu langsung ke aku.”
Lala :
“Terus kamu percaya?”
Sandra :
“Gimana kalau kita dikerjain?”
Dina :
“Nggak mungkin lah. Raka kan baik.”
Mereka berempat pun masuk ke rumah Raka.
Lala :
“Kok mereka ngelihatin kita terus sih?”
Sandra :
“Aku rasa ada yang aneh deh sama kita.”
Siska :
“Apa gara-gara kostum kita ya.”
Tiba-tiba lampu dalam ruangan mati.
Siska :
“Kok mati lampu segala sih. Aku takut.”
Lala :
“Si Raka belum bayar listrik kali terus dimatiin.”
Dina :
“Sudah deh, kalian diem aja.”
Sandra :
“Aku nggak salah lihat kan.”
Siska :
“Ada apa San?”
Sandra :
“Itu..” (sambil menunjuk ke arah yang terlihat putih-putih)
Lala :
“Din, pergi aja yuk. Perasaanku nggak enak deh.”
Benda putih yang Dina dan teman-temannya
lihat itu ternyata Raka dan Tobi yang berpura-pura seperti hantu kuntilanak.
Dina dan teman-temannya pun pergi, dan pesta berjalan kembali.
Episode
6
Tokoh :
1.
Citra
2.
Desi
3.
Raka
4.
Tobi
Siang hari setelah pulang sekolah Citra,
Desi, Raka, dan Tobi berkumpul di taman sekolah. Mereka ngobrol tentang apa
yang terjadi semalam. Tiba-tiba semua terdiam, dan Tobi memberanikan diri untuk
berbicara kepada Desi.
Tobi :
“Des, selama ini aku sudah salah menilai kamu.”
Desi :
“Kenapa emang Bi?”
Tobi :
“Kamu itu sudah baik banget sama aku selama ini.”
Desi :
“Aku baik nggak sama kamu aja kali, kesemua orang aku juga baik.”
Tobi :
“Iya, tapi kalau ke aku itu beda.”
Desi :
“Beda apanya coba?”
Tobi :
“Ya beda lah pokoknya. Jadi, aku mau...”
Desi :
(memotong pembicaraan Tobi) Mau apa? Mau makan?”
Tobi :
“Mau jadi pacar kamu.”
Desi :
“Hah? Nggak salah?” (kaget)
Tobi :
“Enggak kok.”
Citra :
“Ciiieeee Desi.”
Raka :
“Sudah terima aja Des.”
Citra :
“Seneng deh lihat kalian berdua.”
Tobi :
“Kalian tu apaan sih? Ganggu suasana deh.”
Raka :
“Duh yang lagi kasmaran terus gitu. Eh Cit, kamu mau nggak jadi pacar
aku?”
Citra :
“Hah? Jadi apa?”
Raka :
“Jadi pacar aku. Mau kan?”
Citra :
“Mau nggak yaa...” (tersenyum)
Mereka pun memutuskan untuk menjadi
teman saja. Pertemanan mereka terjalin hingga mereka lulus SMA. Selama itu Dina
dan teman-temannya sudah tidak lagi mengerjai siswa lain.
0 komentar:
Posting Komentar