20171027

Analisis Puisi Senja di Pelabuhan Kecil

SENJA DI PELABUHAN KECIL
Chairil Anwar

Kepada Sri Ajati

                      Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap







INTERPRETASI PUISI SENJA DI PELABUHAN KECIL

            Pada bait pertama “ini kali tidak ada yang mencari cinta” pengarang mencoba mengungkapkan perasaan hatinya yang merasa sedih ditinggalkan oleh seorang kekasih yang di cintainya. Pengarang dalam puisi ini merasakan kesendirian yang memilukan ia merasa sudah tidak ada cinta lagi. “diantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali” gudang dan rumah tua menunjukkan tempat yang tidak lagi terurus dan tak berpenghuni dengan tiang dan temali yang berserakan. Benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih dan tak berguna lagi. Pengarang merasakan kehampaan hati karena cintanya yang hilang. Pada baris terakhir pengarang menggambarkan “kapal, perahu tiada belaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut”. Pengarang merasa hatinya sedang tidak bergejolak, seperti kapal dan perahu yang sedang tidak berlayar di lautan dan hanya menambatkan diri di tepi laut. Pengarang berusaha tegar dalam rasa sedihnya tersebut. Kata-kata yang digunakan pengarang juga seperti ingin menghibur diri dalam kesendirian tetapi ia tetap merasakan kesendirian tanpa aktivitas apapun dan selalu terbayang kenangan cinta yang telah hilang.

            Pada bait ke-dua pengarang merasakan kesendirian yang setia bersamanya. Pada kalimat “gerimis mempercepat kelam” mengartikan bahwa keadaan yang sedang hujan rintik-rintik tersebut membuat suasana hati pengarang terasa lebih gelap dan suram. Duka hati pengarang karena sedih dan merasa sepi diibaratkan dapat mendengar kelepak elang yang membuat pengarang merasakan kepedihan dan keputusasaan. “desir hari lari berenang” hari pun dikatakan pengarang seakan berlari dan berenang menjauhi dia sehingga dia tidak bisa memutar balik wakttu itu. Keinginannya untuk bertemu dengan kekasihnya timbul tenggelam karena cintanya sudah bertepuk sebelah tangan dan keinginannya itu hanya akan menjadi harapan yang sia-sia. kini tanah dan air tidur hilang ombak” Pengarang seperti mengungkapkan bahwa dirinya telah kehilangan sumber kebahagiaan seperti ombak yang datang membawa air ke pantai dan mengambil sebagian pasir pantai ke laut. Kehidupan seolah tidak bergerak karena penyair sedang kehilangan semangat hidup. Laut di senja hari merupakan tempat yang sesuai untuk melukiskan kehidupan yang sepi yang sedang dirasakan oleh pengarang.

            Pada bait ke-tiga pengarang seolah-olah merasa putus asa dengan kesedihan yang dialaminya. Hal ini tercermin dari kata-kata pengarang yang masih belum juga menemukan semangat hidup “tiada lagi, aku sendiri”. Pengarang merasa hanya hidup seorang diri di dunia ini. Pantai yang sepi tanpa hiruk-pikuk manusia digunakan sebagai penggambaran hidupnya. Meskipun pengarang berusaha menghibur diri dengan kedamaian suasana pantai, akan tetapi ia tidak juga menemukan sesuatu yang bisa membangkitkan semangat hidupnya. Ia seperti baru saja kehilangan suatu harapan dan hal tersebut membuat pengarang tidak mempunyai harapan lagi dalam hidup ini. Semenanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Ujung dari semenanjung bisa berarti jurang yang langsung berbatasan dengan laut. Kata selamat jalan seolah memberikan pengertian bahwa penyair ingin meninggalkan kehidupannya yang sepi dan tanpa harapan. Mungkin dengan begitu, segala kesedihan, kedukaan, dan kesepian yang ia rasakan akan hilang.

TINGKAT  PENGALAMAN JIWA PUISI SENJA DI PELABUHAN KECIL
1.      Anorganis
Pada puisi “Senja di pelabuhan Kecil” pengarang sudah mencapai tingkat pertama yaitu anorganis, karena apa yang dirasakan pengarang sudah menuangkan kedalam rangkaian kata dan memberikan imajinasi atau daya bayang pada pembaca.
Tingkat anorganis dapat dibuktikan dalam baris “…desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan”.
2.      Vegetatif
Pada puisi “Senja di Pelabuhan kecil” pengarang sudah pemcapai tingkat kedua yaitu vegetative sebagaimana terdapat dalam tumbuh-tubuhan. Ada pergantian dari tumbuh, berdaun, berbunga, dan gugur. Jadi ada suasana tertentu yang tercipta dari situasi tersebut. Pada puisi tersebut sudah terlihat jelas dan dapat dirasakan oleh pembaca suasana menyedihkan dan keputusasaan. Suasana menyedihkan tejadi pada saat pengarang merasa bahwa dirinya sudah tak bergula lagi ia merasakan kesendirian yang sangat memilukan karena ditinggal oleh sang kekasih. Suasana keputusasaan ketika pengarang ingin bertemu dengan kekasihnya lagi hanya menjadi sebuah pengharapan yang sia-sia.
Tingkat vegetatif dapat dibuktikan dalam baris “Ini kali tidak ada yang mencari cinta” dan “Tiada lagi. Aku sendiri. berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap…
3.      Animal
Pada puisi “Senja di pelabuhan Kecil” pengarang sudah mencapai tingkat ketiga yaitu animal. Pengalaman jiwa seperti yang dicapai oleh binatang, yaitu ada nafsu-nafsu jasmaniah. Apabila tingkat ini dicapai maka akan berbentuk nafsu naluriah seperti keinginan untuk makan, minum, munculnya kemarahan atau pun konflik batin secara personal sehingga menimbulkan keinginan. Tingkatan ini sudah ada dalam jiwa pengarang yaitu berkeinginan untuk meninggalkan masa lalunya dan ingin memulai hidup baru.
Tingkat animal dapat dibuktikan dalam baris “masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalain selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisa bisa terdekap”.
4.      Humanis horizontal
Pada puisi “Senja di pelabuhan Kecil” pengarang sudah mencapai tingkat keempat yaitu humanis horizontal. Sudah ada konflok batin secara horizontal yang ada dalam diri pribadi seseorang baik secara internal maupun eksternal. Tingkatan ini sudah ada dalam jiwa pengarang yaitu pengarang dalam puisinya ingin memberi tahu kepada pembaca bahwa keinginannya untuk kembali pada Sri Ajati tidak akan pernah tercapai dan sia-sia.
Tingkat humanis horizontal dapat dibuktikan dalam bait
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap


PENILAIAN PUISI SENJA DI PELABUHAN KECIL
Pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar menurut saya puisinya bagus terlihat pada pemilihan diksi yang tepat, akan tetapi dalam puisi tersebut juga masih banyak dijumpai kata-kata yang sulit untuk di pahami sehingga membutuhkan kamus untuk menghartikannya. Pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” juga membutuhkan pemahaman yang yang tinggi untuk mengetahui maksud atau makna dari puisi tersebut. Membutuhkan tingkat pengalalman dan penghayatan agar pembaca dapat mengetahui maksut tersirat dari puisi “Senja di Pelabuhan Kecil”.












0 komentar:

Posting Komentar

 

Honey Bunny Template by Ipietoon Cute Blog Design