SEPOTONG SENJA UNTUK SEBUAH KENANGAN
Jingga
mulai tampak menggelayuti langit sore. Senja kala itu masih begitu terasa dalam
ingatan. Beberapa waktu silam, ketika surya mengendap-endap kembali ke
peraduan, kami berdua begitu mesra menikmati lautan yang mulai keemasan.
Riak-riak laut yang terus mencumbui pasir pantai seakan turut bersuka melihat
kemesraan kami berdua. Ketika ruang terus bersekutu pada waktu, lamat-lamat
senja itu menghilang. Satu persatu tiang-tiang lampu yang berdiri tegak di
sepanjang hamparan pantai mulai memancarkan sinarnya manyambut datangnya malam.
“Hari sudah petang, ayo kita pulang!” Seru
Dimas sambil mengulurkan tangan untuk mebantuku berdiri dari tempat dudukku.
Aku pun menggapai tangannya dan berjalan
pulang dengan rasa penuh kecewa.
“Kok cemberut? Nanti cantiknya hilang
lo.” Kata Dimas sambil menghiburku.
“Aku gak cemberut kok, hanya sebel aja.”
jawabku dengan nada sedikit kesal.
“Jangan marah gitu dong, lain kali aku
pasti ajak kamu menikmati sunset di tempat yang lebih indah lagi.” Jawabnya.